Rabu, 22 Juni 2011

Harmonisasi cinta guru dengan siswa

 Penulis: Andi Asdariah
A. Pendahuluan
Cinta sulit dibayangkan kalau hanya dijelaskan dengan kata-kata apalagi ditafsirkan. Rasa cinta tidak perlu ditafsirkan maupun diuraikan menurut tata bahasa sastra tinggi karena akan semakin jauh dari kenyataan yang sebenarnya. Cinta tidak bisa dipahami oleh akal pikiran tetapi hanya bisa dirasakan oleh cinta itu sendiri. Mungkin kita bisa memahami orang bercinta, tetapi tidak bisa memahami ukuran cinta yang ingin diterapkan sebagai satu kepastian. Cinta bukanlah sesuatu yang pasti, tidak bisa diukur apalagi diformulasikan dalam bentuk standar.
Cinta bukan sebuah fragmen kehidupan. Cinta… kita tidak bisa menjelaskan dan mendefenisikannya. Untuk dapat memahami cinta maka masuklah ke dalamnya, maka Anda akan menjadi cinta itu sendiri. Cinta akan bercerita dengan bahasa tanpa huruf, tanpa suara, bahkan dengan bunga, dengan rumah, dengan bahasa apa saja yang penting orang tahu itu adalah bahasa cinta yang bisa dimengerti oleh semua makhluk.
Menurut KH. Toto Tasmara (2001) bahwa, cinta adalah sesuatu yang kita alami dengan penuh getaran jiwa, dia tidak bisa dimengerti hanya dengan intelektual. Cinta berkaitan dengan perasaan yang paling halus. Perasaan cinta adalah perasaan ruhani, bukan perasaan indrawi atau perasaan vitalis nafsiyah (perasaan indrawi berkaitan dengan saraf yang merasaklan sakit, pahit, dll). Perasaan vitalis masih bersentuhan dengan saraf, tetapi lebih menyeluruh, lebih merangkum seluruh citra rasa indrawi seperti segar, bugar, lelah, atau bersemangat. Karena cinta berpangkal dari perasaan ruhani maka ia bisa mengungguli perasaan indrawi dan vitalitas. Orang bisa merasa lelah, lapar, dan sedih (indra vital), tetapi segera sirna seluruh perasaan itu ketika cinta yang mendera rindu menampakkan dirinya, Dia bangkit melupakan segala perasaan atau atribut lainnya. Inilah keajaiban cinta tidak ada ukuran objektif untuk mengukur materi cinta.
Menurut Aristoteles dalam ilmu psikologi bahwa”setiap individu punya unsur-unsur dalam kehidupan yang sering disebut anima alias jiwa” . Ada tiga macam anima, yaitu anima vegetative, anima sensitive, dan anima intelektiva. Cinta tergolong anima sensitive yang mengurusi manusia untuk berpindah tempat dan punya perilaku instingtif, yaitu perilaku yang bersumber pada naluri hati setiap manusia/makhluk dimuka bumi ini (Widianti, 2007).
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dinyatakan bahwa
“Perumpamaan orang-orang muslim dalam cinta, kasih sayang, dan kelembutan, mereka laksana satu tubuh. Jika ada satu anggotanya yang sakit, semua anggota tubuhnya akan mengeluh karena demam dan tidak bisa tidur.”
Ada tiga tipe dasar fondasi hubungan yang akrab (intimate relationship) atas nama cinta. Tiga tipe dasar tersebut, yaitu cinta persahabatan, cinta seksualitas, dan cinta kasih ( Papila, Olds, Feldman dalam Widianti, 2007).
Cinta berada dalam segala aspek kehidupan manusia bahkan tak ada yang terlepas dari cinta termasuk dalam dunia pendidikan. Keberadaan cinta dalam dunia pendidikan dikarenakan yang menjadi pelaku utama adalah guru dengan peserta didik. Keduanya terlibat dalam suatu hubungan interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain yakni kegiatan belajar mengajar.
B. Perlunya Cinta Guru pada Siswa
Pembelajaran konvensional dalam kenyataan di sekolah-sekolah, proses belajar mengajar lebih menekankan transfer of knowledge. Kebanyakan guru dan juga orang tua sudah merasa puas kalau anak didik mendapatkan nilai baik pada hasil ulangannya. Jadi yang penting adalah kecerdasan otaknya, bagaimana perilaku dan sikap mental anak didik jarang mendapatkan perhatian secara serius. Jadi pengajaran terbatas pada aspek kognitif dan jarang sampai pada afektif yang melibatkan emosional siswa.
Dalam hubungan ini, betapa banyak kasus kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan kita yang mengindikasikan bergesernya nilai-nilai moral. Kampus di rusak bahkan dibakar oleh mahasiswanya sendiri. Yang menarik adalah pengalaman seorang guru dalam mobil angkutan umum bersama siswanya. Ketika sang guru turun seketika siswa mengacungkan kepalan tangannya kearah gurunya. Bahkan seorang guru dikeroyok oleh siswanya karena nilai rapor jelek atau tidak naik kelas.
Kasus dan kejadian seperti contoh di atas, sebagai petunjuk atau akibat dari “mengajar” yang hanya menekankan transfer of knowledge, dan subjek hanya seolah-olah hanya membutuhkan pengetahuan saja. Padahal tujuan esensial belajar adalah disamping mendapatkan pengetahuan, juga untuk meningkatkan keterampilan dan pembinaan mental. Dengan demikian, maka proses pembelajaran tidak hanya “mengajar” tetapi harus sekaligus “mendidik”.
“Mendidik” diartikan secara komperehensif, yakni usaha membina diri anak didik secara utuh, baik aspek kognitif, psikomotorik, maupun aspek afektif, agar tumbuh sebagai manusia yang berkepribadian. Untuk sampai pada tujuan ini maka mendidik harus merupakan usaha untuk memberikan motivasi kepada anak didik agar terjadi proses internalisasi nilai-nilai pada dirinya, sehingga akan lahir sikap yang baik.
Guru dalam proses belajar mengajar memiliki multiperan, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Dalam bidang kemanusiaan di sekolah guru bertugas sebagai pengganti orang tua . Dalam bidang masyarakat guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
C. Implementasi Cinta Guru dalam Kelas
Kegiatan belajar mengajar merupakan peristiwa terjadinya komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa maupun antar siswa dengan siswa. Hal ini mengisyaratkan akan adanya hubungan yang harus harmonis diantara mereka sehingga pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan semua komponen belajar mengajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan.
Hubungan yang harmonis akan lahir dari rasa kasih sayang yang tulus. Tugas guru sebagai pengganti orang tua seyogyanya memiliki perasaan yang dalam serta mencurahkan cinta kasih dan sayangnya. Peran guru sebagai orang tua kepada anaknya mengungkapan cinta melalui pemahaman akan diri siswa, motivasi, bimbingan, dan didikan dengan sepenuh hati.
Pengungkapan cinta menurut Erich Fromm dalam Widianti (2007), bahwa terdapat empat unsure yang mempengaruhi pengungkapan cinta yaitu: care (perhatian), responsibility (tanggungjawab), respect (hormat), knowledge (pengetahuan). Sementara dalam Islam, ada tiga hal yang menyebabkan timbulnya perasaan cinta dalam diri seseorang. Bila ketiga hal ini menguat dan sempurna, cinta akan menjadi kuat dan mengakar. Ketiga hal tersebut adalah: 1) sifat-sifat yang dimiliki seseorang membuat ia dicintai, 2) perhatian terhadap sifat-sifat yang dimiliki seseorang, 3) keserasian antara orang yang mencintai.
Belajar melibatkan semua aspek kehidupan manusia-pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan dalam hal ini adalah siswa, maka untuk memudahkan belajar guru harus melibatkan sisi emosional siswa.
Dalam pembelajaran, memahami emosi siswa akan dapat membuat pembelajaran lebih berarti dan permanent. Kunci membangun ikatan emosional tersebut adalah dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar.
Menumbuhkan sisi emosional siswa dalam belajar akan sangat mempengaruhi memori dan ingatan mereka akan bahan-bahan yang dipelajari. Ilmuwan saraf, Dr. Josepph LeDoux, mengemukakan bahwa amigdala merupakan pusat emosi otak, memainkan peran besar dalam menyimpan memori.
“…..perangsangan amigdala agaknya lebih kuat mematrikan kejadian dengan perangsangan emosional dalam memori…. Karena itulah kita lebih mudah mengingat, misalnya tempat kencan pertama kita, atau apa yang sedang kita lakukan saat mendengar berita pesawat ulangalik Challenger meledak. Semakin kuat rangsangan amigdala, semakin kuat pula pematrian dalam memori.” (LeDoux,1994 dalam DePorter 2007).

Untuk menarik keterlibatan siswa, guru harus membangun hubungan, yaitu dengan jalan rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan akan membangun jembatan menuju kehidupan-bergairah siswa, membuka jalan memasuki dunia-baru mereka, mengetahui minat-kuat mereka, berbagi kesuksesan-puncak mereka, dan berbicara dengan bahasa-hati mereka.
Membangun hubungan dan keamanan memerlukan niat, kasih sayang, saling pengertian yang semuanya lahir dari rasa cinta. Dalam hubungan yang sehat, kita akan menghormati dan menghargai orang yang kita cintai.
Untuk merealisasikan cinta guru kepada siswa, maka guru akan berusaha memberikan yang terbaik kepada siswa melalui berbagai metode pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan (PAKEM).
Penyajian pembelajaran yang melibatkan siswa dalam aktivitas penting, membantu mereka mangaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna dalam setiap tugas-tugas mereka.
Pencarian makna merupakan hal alamiah. Menurut psikolog, Viktor E. Frank,
”Kita dapat menemukan… makna di dalam hidup dengan tiga cara yang berbeda: (1) dengan menciptakan pekerjaan atau melalui tindaka; (2) … dengan menghayati sesuatu, misalnya alam dan kebudayaan atau, … dengan menghadapi … manusia lain dalam keunikannya-dengan mencintainya …: [dan] (3) melalui sikap kita menghadapi penderitaan yang tak terelakkan … Makna masih bisa terdapat di dalam penderitaan sekalipun” (Frankl dalam Johnson, E.B. 2007).

Dengan demikian hubungan antara guru dengan siswa yang dilandasi oleh cinta akan membuat pembelajaran lebih menyenangkan sehingga siswa mampu mencapai hasil belajar yang lebih baik. Namun tak hanya nilai bagus yang akan diperoleh, sikap, mental dan kepribadian yang terpuji akan terbentuk. Seluruh aspek penilaian seperti kognitif, psikomotor dan afektif akan tercapai.
Jadi perasaan cinta guru kepada siswanya mutlak harus dimiliki oleh seorang guru yang dapat diwujudkan dengan jalan menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa melalui pendekatan emosional siswa.
Dengan cinta yang terpatri dalam diri seorang guru maka dengan sendirinya akan memunculkan guru yang professional sesuai dengan semboyan “Tut wuri handayani” yang menjadi slogan dunia pendidikan Indonesia.


D. Kesimpulan:
Cinta guru adalah sebuah perasaan afeksi terhadap siswanya yang dilakukan dengan melalui kegiatan mendidik berupa empati, perhatian, memberikan kasih sayang, dan membantu kesulitan siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik.

E. Sumber:
DePorter, Bobbi. 2007. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning Di Ruang-Ruang Kelas (terjemahan). Bandung: Kaifah

Johnson EB. 2007. CTL:Menjadikan Kegiatan Pembelajaran Mengasyikkan Dan Bermakna (Terjemahan). Bandung: Mizan Learning Centre.

KH. Toto Tasmara. 2001. Kecerdasan Ruhani. Jakarta: Gema Insani
Widianti D.2007. Ensiklopedi Cinta. Bandung: Dar! Mizan

Senin, 20 Juni 2011

PERANAN KOMUNIKASI DIADIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Penulis: Andi Asdariah
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang dikelompokkan ke dalam 4 hal yaitu (1) proses informasi, (2) perkembangan pribadi, (3) interaksi social, (4) modifikasi tingkah laku (Usman, 2008).
Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Yang menjadi masalah adalah bagaimana agar proses komunikasi itu berjalan dengan efektif agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara utuh. Komunikasi bukan sekedar berbicara. Komunikasi mencakup tanda-tanda yang diberikan para guru, penampilan, pengarahan yang mereka berikan, cara mereka membaca, serta sikap yang mereka tunjukkan saat mengajar dan saat menyampaikan laporan kepada orang tua, atau cara mereka berbicara kepada guru bantu atau asisten di kelas.
Kemampuan berkomunikasi, digabungkan dengan rancangan pengajaran yang efektif, akan memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa. Guru merupakan model (teladan) yang akan ditiru oleh siswa. Dengan demikian segalanya akan berbicara; apa yang dikatakan oleh guru dan bagaimana cara guru mengatakannya.
Komunikasi merupakan bagian esensial dalam kehidupan manusia. Kemampuan menjalin persahabatan, bergaul dengan teman sejawat, keefektifan berteman, kesuksesan studi dan berbagai interaksi social lainnya sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi. Sebaliknya, ketidakmampuan berkomunikasi mengakibatkan dampak negative seperti kegagalan membangun dan memelihara hubungan social, mengembangkan kepemimpinan organisasi, menyesuaikan diri dengan situasi baru, dan interaksi dengan orang lain yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.
Pada dasarnya guru selalu mempunyai keinginan untuk dapat mengajar dengan sebaik-baiknya, tetapi dalam kenyataannya untuk mencapai tujuan yang mulia tersebut tidaklah mudah. Guna mencapai tujuan mulia tersebut, diperlukan tenaga, energi dan bisa juga kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, khususnya siswa.
Guru yang baik dan terampil memiliki sifat-sifat serta kemampuan memengaruhi yang ada di dalam dirinya dan memanfaatkannya dengan memadukan sifat-sifat serta kemampuan tersebut dengan strategi pengajaran yang tepat. Para guru betul-betul ingin mencari cara terbaik, dan menggunakan kemampuan mereka itu demi kepentingan anak didiknya.
Interaksi guru dengan siswa akan terbangun dengan sempurna jika ditunjang oleh komunikasi yang harmonis diantara keduanya. Salah satu keterampilan komunikasi yang berperan dalam proses belajar mengajar adalah keterampilan komunikasi diadik.
Komunikasi diadik adalah komunikasi antar pribadi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Dialognya terjadi secara intens, komunikator konsentrasi pada komunikan itu saja. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah: pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar bukan saja bertindak sebagai pemberi informasi tetapi dapat juga bertindak sebagai penerima informasi. Demikian pula sebaliknya, siswa dapat bertindak sebagai penerima informasi sekaligus sebagai pemberi informasi kepada gurunya. Dengan demikian komunikasi diantara guru dengan siswa merupakan kunci suskse sebuah proses pembelajaran.
Guru harus dapat menunjukkan kekuatan pribadi mereka dan mempraktekkan strategi pengajaran yang terbaik di kelas setiap hari. Guru mendekati siswa dengan memberikan perintah, menjadi model dan membimbing mereka dengan menggunakan alat apa saja, sumber dari mana saja, dan dengan menggunakan keterampilan pribadi yang dimilikinya. Dalam kondisi yang terbaik, guru adalah komunikator yang berhasil, menjadi model (contoh) yang berpengaruh, menjadi pendidik yang canggih, mengajar dengan kekuatan dan mutu yang sangat baik.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa latin communis yang berarti "sama", communico, atau communicare yang berarti "membuat sama" (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata - kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat "Kita berbagi pikiran", "Kita mendiskusikan makna, dan "Kita mengirimkan pesan"(oktifauzi.multiply.com/reviews/item/2 - 36k).
Sebagaimana dikemukakan Johr R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada tiga pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi (oktifauzi.multiply.com/reviews/item/2 - 36k).
Komunikasi diadik disebut juga (two way communication) adalah komunikasi dua arah antara satu orang dengan satu atau dua orang lainnya yang saling berhadapan langsung (face to face). Komunikasi triadic (multy level communication) adalah komunikasi yang dilangsungkan secara bertingkat, yaitu melakukan komunikasi dengan menggunakan berbagai tatanan komunikasi.). Dengan kata lain hal ini merupakan bentuk Komunikasi Interpersonal. (kampuskomunikasi.blogspot.com/2008/04/komunkasi-interpersonal-komunikasi.)
Komunikasi diadik merupakan komunikasi antar pribadi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Dialognya terjadi secara intens,komunikator konsentrasi pada komunikan itu saja.
Ciri-ciri komunikasi diadik termasuk adalah sebagai berikut ini :
a) Komunikasi dilakukan antara dua orang atau tiga orang
b) Komunikasi dilakukan langsung (face to face) atau kadang menggukan media telephon.
c) Komunikator dapat berubah statusnya menjadi komunikan, begitu juga sebaliknya komunikan dapat berubah menjadi komunikator, dan seterusnya berputar berganti-ganti selama proses Komunikasi Interpersonal berlangsung. Tetapi komunikator utama adalah si pembawa pesan atau yang pertama-tama menyampaikan pesan (message) sebab dialah yang memulai komunikasi dan mempunyai tujuan.
d) Efek komunikasi dapat terlihat langsung , baik secara verbal (dengan ucapan mengiyakan/menjawab) maupun secara non-verbal ( dengan bahasa tubuh/kinesik dan isyarat)
Keberhasilan komunikasi diadik adalah dalam prosesnya si komunikator harus berupaya menyamakan field of reference dan frame of reference dari komunikan, disamping itu kedua pihak harus mempunyai emphaty. (kampuskomunikasi.blogspot.com/2008/04/komunkasi-interpersonal-komunikasi.)
Seperti kita ketahui dari kesimpulan definisi komunikasi, bahwa komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Komunikasi diadik dapat terjadi karena adanya kesamaan tujuan dan atau harapan yang ingin dicapai. Menurut Lasswell (Thalib, 2008) bahwa proses komunikasi didasarkan pada 5 pertanyaan pokok, yaitu: a) siapa yang menyampaikan n komunikasi, b) apa isi pesan yang disampaikan, c) saluran apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi, d) kepada siapa pesan itu disampaikan, dan e) pengaruh apa yang terjadi oleh penerima pesan.\
Dalam situasi komunikasi diadik, setiap orang dapat secara stimultan berperan sebagai pengirim (sender) sekalugus sebagai penerima (receiver). Dengan demikian proses komunikasi terjadi secara timbale balik dan adanya saling ketergantungan antara pengirim dan penerima (Thalib, 2008).
Tahap-tahap komunikasi menurut Thalib (2008) adalah sebagai berikut:
a. Masing-masing individu berada pada titik yang berbeda, belum ada interaksi. Pada awalnya memmang dua orang itu belum saling mengenal, mereka berada pada suatu titik kontak nol (zero contact)
b. Mulai muncul kesadaran atau tahap mempersepsi. Tahap ini muncul ketika seorang di antara mereka memberikan perhatian terhadap yang lainnya, sekalipun belum terjadi kontak secara langsung. Tahap kesadaran ini bersifat unilateral atau satu arah dan bisa bilateral. Tahap ini sangat penting untuk membuka kesan.
c. Hubungan awal dimulai ketika dua orang mengadakan kontak pertama, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi pasangannya. Pada tahap ini terjadi proses saling menarik individu yang satu dengan yang individu lainnya.
d. Kebersamaan, jika komunikasi berlangsung beberapa lama, hubungan mulai berkembang. Tingkat ketergantungan juga semakin meningkat diantara kedua pasangan itu dari rentang hubungan yang rendah atau dangkal menjadi luas dan dalam.
e. Komunikasi berlangsung dari tahap kebersamaan hingga tercipta hubungan yang akrab. Pada tahap ini, topic pembicaraan adan aktivitas semakin bervariasi dan saling pengaruh menjadi semakin kuat yang ditandai dengan hubungan emosional yang mendalam.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Diadik
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.
Secara umum faktor-faktor penentu komunikasi diadik, sebagaimana terungkap dalam urainan tentang proses komunikasi, dapat dibedakan atas: 1) faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari individu baik pengirim maupun penerima pesan, 2) faktor eksternal atau faktor yang bersumber dari luar yang mempengaruhi komunikasi diadik (Thalib,2008).
Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.
Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: a. Percaya; b. sikap suportif; dan c. sikap terbuka.
Hambatan dalam komunikasi diadik
Menurut Joseph A Devito dalam buku “ The Interpersonal Communication Book (Devito, 1989 : 4) yaitu : proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Intinya antara dua orang atau lebih yang langsung bercakap-cakap. (eka1001.multiply.com/journal/item/5 - 53k)
Dalam hal ini yang menjadi permasalahan adalah yang menjadi komunikan dari aspek komunikasi ini adalah seseorang siswa. Hal inilah yang menjadi hambatan dalam proses berkomunikasi yang dilakukan oleh guru ke siswa. Dalam proses komunikasi interpersonal, komunikator akan bisa mendapatkan respon dari pesan yang ia sampaikan ke komunikan. Namun belum tentu respon ini akan dirasakan dan dibalikan kembali oleh komunikan ke komunikator.
Gangguan inilah yang menjadi penghambat dalam proses komunikasi antara guru dan siswa. Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu proses komunikasi tersebut. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.
Jenis-jenis hambatan dalam proses komunikasi menurut Thalib (2008) adalah:
1. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca, gangguan alat komunikasi, dan lain-lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
2. Hambatan Semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
D. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
E. Komunikasi Diadik dalam Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana diketahui bahwa keterampilan komunikasi merupakan suatu hasil belajar dan memerlukan penyesuaian diri. Oleh karena itu, proses belajar mengajar yang efektif menuntut keterampilan komunikasi diadik yang efektif pula. Adapun tehnik yang mendukung efektivitas komunikasi dapat dicermati dari unsure-unsur komunikasi (pengirim, penerima, saluran komunikasi, kemampuan personal, faktor social dan situasional).
Proses komunikasi diadik memerlukan keterampilan dasar yang mencakup keterampilan bertanya dan membuka pelajaran, keterampilan membuka percakapan, keterampilan parapharasing, keterampilan mengidentifikasi perasaan, keterampilan merefleksikan perasaan, dan keterampilan konfrontasi (Thalib,2008).
Seorang guru adalah salah satu faktor paling berarti dan berpengaruh dalam kesuksesan siswa sebagai pelajar. Tindakan yang paling ampuh yang dapat dilakukan oleh guru untuk siswa adalah memberikan teladan tentang makna menjadi seorang pelajar. Keteladanan, kongruensi, kesiapsiagaan guru akan memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan potensi mereka sebagai pelajar.
Guru adalah model yang akan ditiru oleh siswa. Untuk itu perlu komunikasi yang sama dan sebangun dengan siswa. Apapun yang dikatakan oleh guru, bagaimana cara mengatakannya akan sangat berpengaruh terhadap cara siswa menerima pelajaran.
Otak memiliki tiga jalan tol utama, atau modalitas untuk memproses rangsangan yang datang dari luar dan dari dalam setiap individu. Ketiga modalitas ini-visual, auditorial dan kinestik- merupakan saluran komunikasi yang membantu guru dan siswa memahami dunia. Ketika hubungan antara apa yang dikatakan dan caranya menghadirkan dunia secara internal, maka harus diperhatikan bagaimana pola bicara. Menggunakan kata dan frase yang cocok untuk setiap modalitas akan memperkuat daya penerimaan siswa (DePorter, 2007)
Secara harfiah, berbicara kepada modalitas belajar yang paling mendukung jenis pemikiran yang ingin diciptakan. Sebagai contoh, penggunaan kata (1) Bayangkanlah: seekor gajah merah muda yang memakai bikini berfose tersenyum di dekat bangku taman. Kata “bayangkan” memberi tanda kepada otak untuk menggunakan modal visual, (2) Dengarkan bagaimana frase ini berbunyi benar. Kata-kata dengarkan dan berbunyi benar memberikan isyarat kepada modalitas auditorial, (3) Rasakan hal berikutnya sambil menangkap penerapannya:”Rasakan” dan “menangkap” menarik modal kinestik.
Menurut (DePorter, 2007), ada Empat Prinsip Ampuh Dalam Berkomunikasi di Kelas yakni:
1) Munculkan kesan
Dalam mengungkapkan ide dengan tepat, maka pemilihan kata sangatlah menentukan hasil yang diinginkan. Memanfaatkan kemampuan otak untuk menyediakan asosiasi yang kaya dengan menyusun perkataan agar timbul citra yang dapat memacu belajar siswa.
“Anak-anak, bagian bab ini paling sulit dan membosankan, jadi kalian harus waspada kalau tidak mau gagal”
Kesan apa yang ditimbulkannya? Kesulitan, kebosanan, bahaya, kegagalan.
“Bagian ini paling menantang. Simaklah baik-baik, supaya kalian memahaminya”
Dalam benak siswa, akan tercipta kesan atau citra yang berada dalam benak gurunya. Jadi guru harus secara sadar memilih perkataan yang menimbulkan asosiasi positif, memacu pembelajaran, dan meningkatkan komunikasi.
2) Arahkan Fokus
Sama dengan prinsip pertama, prinsip arahkan focus memanfaatkan kemampuan otak yang mampu memilih dari banyaknya input indrawi, dan memusatkan perhatian otak. Ilmuawan memperkirakan bahwa otak menerima lebih dari 10.000 pecahan informasi setiap detik saat terjaga. Setelah masuk otak, informasi indrawi diproses pada tingkat sadar atau tidak sadar.
“Ingatlah dari pelajaran kemarin, dua unsure dalam garam dan hafalkan symbol-simbolnya. Bersiaplah untuk menyebutkan symbol-simbol itu jika Ibu menunjuk kalian”
3) Inklusif
Inklusif merupakan penggunaan bahasa yang bersifat mengajak. Penggunaan kata-kata seperti: Bapak ingin, Kalian harus, Ibu minta dan lain sebagainya sebaiknya dihindari karena akan menimbulkan asosiasi negative pada siswa. Sebaiknya menggunakan kata-kata seperti: “Mari kita …., Sudah waktunya mengumpulkan tugas”. Perubahan sederhana dalam kata-kata dapat meningkatkan hubungan kerjasama yang menyeluruh, sehingga setiap siswa merasa diajak.
4) Spesifik
Seringnya terjadi salah komunikasi akibat generalisasi. Generalisasi memungkinkan orang lain mengisi kekosongan dengan pemahamannya sendiri. Semakin spesifik permintaannya, semakin besar orang akan melakukan sesuai yang diinginkan. Guru sebaiknya tidak sering berbicara terlalu banyak., menjelaskan konsep secara berlebihan, mengulang petunjuk, memperpanjang jawaban sehingga memperlemah dampak perkataan mereka. Salah satu cara menghindari jebakan itu adalah dengan menggunakan
pernyataan yang memberi petunjuk dengan kata kerja. Seperti ambillah, gambarlah, tulislah, dan lain-lain..
Menurut Paterson (2007), beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berkomunikasi dalam pembelajaran yaitu:
1. Memantau komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal, sering dengan mudah dipahami, yaitu semua yang dilakukan dan ditunjukkan oleh guru kepada orang lain. Siswa adalah ahlinya dalam menguraikan isyarat-isyarat nonverbal yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu, guru perlu menguasai komunikasi nonverbal untuk menarik lebih banyak perhatian siswa dan komunikasi berjalan dengan baik.
2. Memberikan arahan yang jelas
Dalam sehari-hari, terkadang siswa harus diberitahu berkali-kali tentang apa yang mereka harus lakukan, kemana mereka pergi, buku apa yang harus mereka miliki
3. Mengatur Waktu dan Kecepatan
Melakukan intruksi dengan cepat, membuat presentasi yang dipersiapkan dengan matang, memanfaatkan waktu lang, dan sediakan perintah yang jelas, yang semuanya akan membantu siswa secara penuh. Siswa akan menjadikan gurunya sebagai contoh dalam hal pentingnya mengatur waktu.
4. Membaca Keras dengan Lancar
Membaca keras di depan kelas lebih bermanfaat daripada hanya menyuruh mereka menikmati bacaan.
5. Memperlakukan Asisten dan Relawan
Bantuan mata, telinga, tangan serta pikiran asisten dan relawan di kelas dapat memberi tambahan bobot pada kemampuan mengajar; jadi komunikasi dengan mereka sangatlah perlu.
6. Bicara Terbuka kepada Orang Tua atau Wali siswa
Tidak semua orang tua bisa mudah menerima dan tidak semua siswa punya banyak “sisi positif” yag dapat dibicarakan.guru yang dapat mengatasi nini akan mendapat dukungan penuh orang tua, siswa yang lebih bertanggungjawab, dan makin sedikit PR yang diabaikan oleh siswa.
F. Kesimpulan
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan pembelajaran yang memerlukan komunikasi yang baik diantara siswa dengan guru. Komunikasi diadik merupakan salah satu kunci keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Untuk dapat mengefektifkan komunikasi diadik, maka guru memerlukan keterampilan khusus dalam berkomunikasi baik secara teori maupun aplikasinya. Keterampilan mencakup cara penyampaian pesan yang akurat, mengembangkan hubungan yang harmonis, memahami ekspresi verbal maupun nonverbal, menganalisis dan menginterpretasikan fenomena sosial serta kemampuan menghindari dampak sosial.
Secara umum faktor-faktor penentu komunikasi diadik, dapat dibedakan atas: 1) faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari individu baik pengirim maupun penerima pesan, 2) faktor eksternal atau faktor yang bersumber dari luar yang mempengaruhi komunikasi diadik
DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi.2007. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Teaching Di Ruang-Ruang Kelas; Penerjemah,Ary Nilandari. Bandung: Kaifah.
eka1001.multiply.com/journal/item/5 - 53k Antara Dokter Dan Pasien Di Rumah Sakit Jiwa Pakem, Yogyakarta. Posted 7 November 2008
Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
kampuskomunikasi.blogspot.com/2008/04/komunkasi-interpersonal-komunikasi. Komunkasi Interpersonal Komunikasi Diadik; Posted 7 November 2008

oktifauzi.multiply.com/reviews/item/2 - 36k Pengertian Komunikasi Posted 7 November 2008

one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/tugas-kuliah-lainnya/konsep Komunikasi-Antara-Pribadi - 33k Posted 7 November 2008

Paterson, Kathy. 2007. 55 Teaching Dilemmas.Penerjemah; Frans Kiworo. Jakarta; PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Thalib, Syamsul Bahcri, Prof. DR. 2008. Psikologi Pendidikan Berbasis Kajian Empiris dan Konseptual Aplikatif. Fakultas Psikologi UNM

Usman, Moh.Uzer, Drs. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

www.geocities.com/samian_jawa/kulonline.htm “Tatanan Komunikasi ( Setting Of Communication )” Posted 7 November 2008