STRATEGI PEMBELAJARAN PKLH
STRATEGI DAN MODEL
PEMBELAJARAN (MENGAJARKAN KONTEN DAN KETERAMPILAN BERPIKIR)
Edisi keenam.
(Original: Strategy and
Models for Teaching Content and Thinking Skills. Six Edition.
Paul Eggen dan Don
Kauchak/ Terjemahan oleh: Satrio Wahono.
Penerbit : Indeks.
Buku ini pertama kali diterbitkan dalam Bahasa
Inggri di Amerika Serikat tahun 1996, Bahasa
Indonesia cetakan pertama tahun 2012.
Cover: kombinasi warna hitam bagian
atas, ungu muda bagian bawah dengan gambar puzzle bentuk lingkaran.
Harga:
Rp. 125.000,-
Tentang pengarang:
PAUL
EGGEN
Paul
telah bergiat dalam bidang pendidikan tinggi selama 38 tahun. Dia adalah
konsultan bagi sekolah negeri dan sekolah tinggi di daerah layanan
universitasnya, memberikan dukungan bagi para guru dalam 12 negara bagian
berbeda, Bekerja sama dengan guru-guru di sekolah intemasional di 23 negara,
termasuk Afrika, Asia Selatan, Timur Tengah, Amerika Tengah, Amerika selatan,
dan Eropa. Dia telah menerbitkan sejumlah artikel di jurnal-jurnal ilmiah, muncul
secara rutin di konferensi-konferensi nasional dan internaasional
DON
KAUCHAK
Don
telah mengajar dan bekerja di sekolah dan pendidikan tinggi di sembilan negara
bagian berbeda, selama 35 tahun. Dia telah menulis artikel di sejumlah jurnal
akademis, termasuk Journal of Educational Research, Journal of Teacher
Education, Teaching and Teacher Education, Phi Delta Kappan, dan Educational
Leadership. Selain buku ini, dia adalah rekan-pengarang atau rekan-penyunting
enam buku lain tentang pendidikan. Dia juga seorang peneliti utama bagi dana
hibah pemerintah dan negara bagian, yang memeriksa praktik perkembangan dan
evaluasi guru. Dia juga hadir secara rutin di American Educational Research
Association. Ia saat ini menjadi tutor sukarelawan bagi anak-anak kelas 1, 2,
dan 3 di satu sekolah dasar setempat.
I.
Rasional
Perubahan kurikulum Indonesia dari
Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013 adalah momentum yang tepat yang
dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional untuk menjawab tuntutan
perkembangan globalisasi. Perkembangan IPTEK yang semakin pesat menyebabkan kta
harus memiliki persiapan yang matang untuk generasi muda dimasa yang akan
datang.
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada
pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan
untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Titik beratnya, bertujuan untuk
mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka
peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek
yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013
menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Melalui pendekatan itu diharapkan
siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih
baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga
nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan
di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.
Implementasi Kurikulum 2013 menuntut
peran guru yang semakin besar agar pembelajaran di ruang kelas dapat berjalan
sesuai yang diharapkan. Siswa bukan lagi diberikan informasi, tetapi siswa
sendirilah yang harus mengkontruksi
pemahaman dan pengetahuan mereka. Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka siswa
harus diberi pengalaman belajar yang menarik sehingga siswa dari pengalamannya
dapat menyusun informasi-informasi yang diberikan untuk dibuat menjadi
pengetahuan dalam benaknya dan mampu menyusun kalimat-kalimat mereka sendiri
dengan benar.
Jadi
yang perlu serius harus dikembangkan sekarang ini adalah mengubah paradigm guru
untuk mengadopsi model pembelajaran menuju kearah penguatan sikap, ketrapilan
dan pengetahuan yang terintegrasi dengan Scientific Approach terhadap mata
pelajaran masing.-masing dengan mulai melakukan perubahan pada Silabus dan RPP
yang ada di KTSP serta mengimplementasikan dalam pembelajaran di kelas.
Ketika pembelajaran di kelas
terlaksana, maka dalam pengembangan pengalaman belajar, guru bukanlah sebagai
satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada
siswa. Akan tetapi guru berperanan guru sebagai fasilitator. Oleh karena itu
pengembangan belajar menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu
menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakter belajar siswa..
Guru sebagai fasilitator mempunyai
kewajiban untuk menciptakan iklim ruang belajar yang menyenangkan,
mengimplementasikan tujuan-tujuan pelajaran yang bermakna bagi siswa, membantu
membuka wawasan, pemikiran siswa , mengorganisasi dan mempermudah serta
memperluas sumber-sumber belajar.
Peranan guru sebagai fasilitator,
mengandung implikasi bagi guru dalam peranan-peranan yang lebih spesifik
diantaranya sebagai pemimpin dalam proses pembentukan kelompok agar tidak
homogen tetapi kelompok lebih heterogen, memberikan bimbingan dan pelayanan
bagi siswa, dan sebagai model yang akan ditiru oleh siswanya.
Guru bukanlah pemeran utama dalam
pembelajaran tetapi bertindak sebagai sutradara sekaligus penulis scenario yang
dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Kemudian siswa sebagai
pemeran dapat memilih sebagai pemeran utama, pemeran pembantu, ataupun hanya
sebagai piguran. Hal ini tergantung pada intake dan usaha siswa sendiri. Semua proses
pembelajaran akan membutuhkan kreativitas dan inovasi para guru. Untuk itu guru
harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang bagaimana mengajar yang baik
dengan mengetahui strategi dan model-model yang cocok dan sesuai dengan tujuan
pembelajarannya.
Strategi bagi guru merupakan
pendekatan umum mengajar yang berlaku dalam berbagai bidang materi dan
digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan pembelajaran. Sedangkan model pembelajaran adalah
pendekatan spesifik dalam mengajar.
Jika dianalogikan maka strategi
mengajar adalah rancangan yang ada dalam benak guru, sedangkan model
pembelajaran merupakan cetakbirunnya. Dengan adanya model pembelajaran yang
dipakai oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka proses pembelajaran
akan lebih sistemtis dan efisien. Dengan model pembelajaran, maka kreativitas
guru akan muncul.
II.
RINGKASAN/SUMMARY BUKU
Pendahuluan
Diawal
pendahuluan penulis mengantar kita tentang tujuan penulisan buku
ini dengan menegaskan bahwa faktor yang
paling kuat berpengaruh pada
pengembangan dan pembelajaran siswa adalah guru bahkan lebih penting daripada
kurikulum, teknologi, pengaturan ruang kelas, rekan sebaya, pendanaan, ukuran
sekolah dan ruang kelas atau kepala sekolah. Harapan penulis adalah pembaca
(guru di Amerika) dapat memahami dan
melatih diri menjadi lebih baik lagi.
Selanjutnya
penulis menjelaskan bahwa buku ini adalah edisi keenam, dan di dalamnya
terdapat fitur-fitur baru yang dirancang sedemikian rupa sehingga menjadikan
buku ini sebuah buku yang paling praktis
dan bisa diterapkan di kelas. Penulis juga menjelaskan di setiap bab akan ditemukan
studi kasus dalam bentuk tertulis dan video yang mengambil ruang kelas sungguhan
sebagai latar. Bahkan penulis mengklaim hal ini tidak akan ditemui di buku lain
yang sejenis.
Kemudian
informasi selanjutnya adalah tentang keseluruhan isi buku, dan pembahasan
khusus tentang suatu website sebagai pendukung buku ini yaitu www.myeducationlab.com yang dengannya kita (guru di Amerika)
dapat mengakses video studi kasus yang di sajikan dalam buku ini.
BAB 1
Model Mengajar dan
Mengembangkan Sebagai Seorang Guru
Ini
adalah buku tentang berbagai pendekatan dalam mengajar. Sudah diyakini luas
bahwa guru yang memvariasikan pengajaran mereka memiliki keahlian profesi lebih
tinggi dan menghasilkan lebih banyak pembelajaran dalam diri siswa mereka
ketimbang guru y ang menggunakan pendekatan sama untuk memenuhi semua tujuan
belajar mereka. Demikianlah paparan penulis dan untuk menguatkan pendapatnya
dikemukakanlah hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa, hanya di bawah
siswa itu sendiri, guru adalah
pengaruh terpenting pada pembelajaran
siswa.
Guru
yang ahli sangat memahami materi yang
mereka ajarkan dan mampu
mempresentasikan materi ini dalam cara yang dipahami siswa. Guru yang ahli
memiliki khazanah strategi mengajar yang bisa mereka gunakan untuk membantu siswa memenuhi tujuan
pembelajaran yang berbeda.
Selanjutnya
kita diantarkan pada pemahaman tentang strategi dan model mengajar. Strategi
mengajar adalah pendekatan umum mengajar
yang berlaku bagi semua bidang materi, topik, dan tingkat perkembangan siswa, Model
mengajar adalah pendekatan spesifik mengajar yang mencakup serangkaian langkah
spesifik yang dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan pemikiran
kritis mereka dan mendapatkan pemahaman mendalam tentang bentuk-bentuk spesifik
dari materi. Selanjutnya kita akan jumpai gambaran yang jelas tentang domain
pembelajaran. Domain kognitif adalah domain penbelajaran yang berfokus pada
pengetahuan dan keahlian intelektual. Komponen kognitif juga ada di dalam
domain afektif, psikomotorik, dan
.Pembahasan
selanjutnya yaitu tentang standar
pendidkan di Amerika Serikat, dan
organisasi yang terlibat di dalamnya. Penulis menjelaskan bahwa standar adalah sumber
penting bagi tujuan dalam ruang kelas masa kini, dan membantu siswa memenuhi
keluasan ragam standar yang ada menuntut pendekatan berbeda dalam mengajar. Organisasi
profesi, seperti INTASC dan XBPTS, mengakui kebutuhan akan alternatif mengajar
dan menyebutkan secara spesifik kebutuhan ini di dalam standar dan proposisi
mereka.
Lalu penulis menggambarkan
latar belakang siswa di Amerika Serikat. Siswa pada masa kini datang dari latar belakang
kultural dan linguistik yang berbeda dan lebih beragam ketimbang di masa lalu
sehingga nyaris di semua ruang kelas,
guru pasti akan mendapatkan sejumlah siswa dengan kebutuhan belajar khusus. Merespons
keberagaman kultural dan linguistik, bersama dengan memenuhi kebutuhan murid
dengan kebutuhan khusus, menuntut penyesuaian dalam pendekatan mengajar. Selanjutnya
penulis memaparkan bahwa dunia masa kini sangat dipengaruhi oleh teknologi dan
teknologi dapat menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan pembelajaran siswa.
Akan tetapi, teknologi hanyalah alat dan tidak boleh digunakan hanya karena
teknologi itu sendiri.
Terdapat sub bab tentang bagaimana pembuatan
keputusan dan praktik reflektif. Pada bagian ini dijelaskan bahwa membuat keputusan dalam
situasi yang kurang jelas (Ill-defined) adalah bagian tak terpisahkan dari
mengajar dan tidak ada strategi atau model mengajar yang dapat menentukan
segala keputusan yang harus diambil guru. Proses praktik reflektif bisa
membantu guru merenungkan keputusan mereka dan mempertimbangkan perubahan yang
dapat meningkatkan pembelajaran bagi semua siswa mereka. Praktik reflektif juga
bisa membantu guru menyesuaikan strategi dan model mengajar yang paling baik
memenuhi kebutuhan siswa
BAB 2
Belajar, Motivasi, Dan Model Pengajaran
Pentingnya Iklim Ruang Kelas
Bagian ini dideskripsikan oleh penulis secara jelas
tentang pentingnya iklim ruang kelas. Lingkungan fisik ruang kelas yang
aman dan tertib, serta atmosfer emosionalnya adalah iklim ruang kelas yang
dimaksud penulis. . iklim ruang kelas positif penting bagi pembelajaran. Tidak
ada strategi pengajaran atau model pengajaran yang akan efektif jika iklim ruang kelasnya
negatif. Guru dapat menciptakan iklim
ruang kelas positif jika mereka
memodelkan atau atau mencontohkan perilaku
yang mereka inginkan untuk ditiru oleh
siswa, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap pembelajaran siswa memperlakukan siswa secara manusiawi, mempertahankan ekspektasi
positif terhadap pembelajaran dan perilaku dan perilaku, terl serta menunjukkan keyakinan bahwa mereka dapat membantu semua siswa belajar epas dari latar belakang siswa atau kondisi siswa di sekolah. Iklim ruang kelas positif penting
bagi semua siswa, namun untuk siswa yang
belakangnya 'beragam, maka iklim positif itu merupakan hal yang sangat mendasar.
Teori
Pembelajaran Kognitif
Penulis merupakan
pendukung teori pembelajaran kognitif. Dengan jelas penulis mengungkapkan bahwa dalam teori pembelajaran kognitif pembelajaran
dan perkembangan tergantung pada pengalaman murid, bahwa orang ingin pengalaman
mereka masuk akal, orang membangun pengetahuan untuk memahami
pengalaman-pengalaman mereka, pengetahuan yang dibangun murid tergantung pada
pengetahuan dan pengalaman mereka sebelumnya, interaksi sosial dan penggunaan bahasa
memfasiltasi konstruksi pengetahuan, belajar menuntut latihan dan umpan balik,
dan pembelajaran akan meningkat saat pengalaman belajar dihubungkan dengan dunia nyata.
Semua pembelajaran mulai dengan perhatan dan tidak ada
strategi atau model yang akan efektif jika siswa tidak memperhatikan pelajaran.
Siswa harus mempersepsikan pengalaman mereka secara akurat karena persepsi
mereka adalah apa yang pada akhirnya disimpan dalam memori. Memori kerja
siswa—gudang memori yang mereka gunakan untuk membangun pemahaman yang masuk
akal bagi mereka —adalah terbatas dan dengan mudah bisa kelebihan beban. Informasi
akan disimpan paling efisien di dalam memori jangka panjang apabila informasi
itu terhubung dengan informasi terkait.
Motivasi Pembelajar
Pada bagian ini akan
ditemui pembahasan tentang defenisi motivasi, dan bagimana peranan guru
mendorong motivasi siswa di ruang belajar. Penulis menyatakan bahwa motivasi
adalah sebuah daya yang menggerakkan, memelihara, dan mengarahkan perilaku
menuju satu tujuan. Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk terlibat di dalam
suatu tugas karena tugas itu sendiri, sementara motivasi ekstrinsik adalah
motivasi untuk terlibat di dalam suatu tugas sebagai sarana mencapai tujuan. Motivasi
untuk belajar menggambarkan kecenderungan murid untuk mencari kegiatan akademis
yang bermakna dan setimpal serta berusaha mendapatkan manfaat belajar yang
diniatkan dari kegiatan tersebut.
Sifat-sifat guru vang membantu menciptakan suatu iklim
ruang kelas positif juga mendorong motivasi siswa untuk belajar. Ruang kelas
yang aman dan tertib berkontribusi pada motivasi siswa untuk belajar. Membantu
siswa berhasil, menciptakan tantangan, membuat contoh jadi personal, melibatkan
siswa, dan melakukan asesmen menyeluruh dan sering terhadap siswa serta
memberikan umpan balik mendetail akan berkontribusi pada motivasi siswa untuk
belajar.
Bab 3
Merencanakan
Pengajaran: Strategi Mengajar Utama
Pada awal bab 3,
penulis mengupas secara lugas dan tajam tentang bagaimana merencanakan
pembelajaran, menetapkan strategi mengajar yang cocok dengan tujuan
pembelajaran.
Perencanaan melibatkan pembuatan keputusan tentang tujuan
belajar, kegiatan belajar yang akan membantu siswa mencapai
tujuan, dan asesmen yang akan menentukan
sejauh mana tujuan telah dicapai. Keselarasan
instruksional menggambarkan
kesesuaian antara tujuan belajar, kegiatan belajar, dan asesmen.
Strategi mengajar utama adalah
kemampuan yang seyogianya dimiliki semua
guru, terlepas dari pengalaman, kelas
yang mereka ajar, atau topik nereka demi memaksimalkan kuantitas pengetahuan.
Modeling dan antusiasme, ekspektasi,
kepedulian dan efektivitas pengajaran
pribadi guru adalah sama utama atau pentingnya untuk mendorong pembelajaran
sebagaimana pentingnya semua itu bagi motivasi murid dan bagi paya
menciptakan iklim ruang kelas positif. Strategi
mengajar utama mencakup penyusunan kegiatan belajar supaya waktu yang tersedia
untuk mengajar dapat dimaksimalkan, berkomunikasi secara jelas, menarik dan
mempertahankan perhatian siswa, memberikan umpan balik informasi tentang kemajuan belajar, memantau
tanda-tanda apakah siswa bingung atau kurang perhatian, menggunakan pengajuan
pertanyaan secara cakap untuk melibatkan semua siswa, dan mereview informasi penting untuk
memastikan validnya pemahaman siswa.
Selanjutnya penulis menyajikan dengan gamblang tentang
strategi mengajar dan mengajar siswa berpikir. Berpikir kritis adalah
kemampuan dan kecenderungan untuk membuat dan melakukan asesmen terhadap
kesimpulan yang didasarkan pada bukti. Hal ini dapat membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka. Guru dapat mendorong pemikiran
kritis di dalam ruang kelas dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti
"Bagaimana kalian tahu?" dan "Mengapa kalian mengatakan
itu?" Pertanyaan-pertanyaan ini bisa diintegrasikan dengan mudah ke dalam
kegiatan belajar. Dengan kesadaran bahwa guru juga bisa mengintegrasikan tingkat
berpikir lanjutan, seperti mengenali informasi yang relevan dan tidak relevan, generalisasi berlebihan
dan kurangnya generalisasi, bias, stereotipe, dan propaganda ke dalam kegiatan
belajar mereka saat peluang-peluang muncul. Mengajar berpikir juga bisa meningkatkan
motivasi murid karena memberikan bukti akan membantu siswa merasa cakap dan
"pintar".
Memodelkan atau mencontohkan kecenderungan
berpikir, seperti keinginan untuk mendapatkan informasi, kecenderungan untuk
mencari bukti, dan tetap berpikiran terbuka, adalah penting bagi semua guru
karena kecenderungan-kecenderungan ini sulit untuk diajarkan secara langsung. yang
relevan dan tidak relevan, generalisasi berlebihan dan kurangnya generalisasi,
bias, stereotipe, dan propaganda ke dalam kegiatan belajar mereka saat
peluang-peluang muncul.
Mengajar berpikir juga bisa meningkatkan
motivasi murid karena memberikan bukti akan membantu siswa merasa cakap dan
"pintar". Memodelkan atau mencontohkan kecenderungan berpikir,
seperti keinginan untuk mendapatkan informasi, kecenderungan untuk mencari
bukti, dan tetap berpikiran terbuka, adalah penting bagi semua guru karena
kecenderungan-kecenderungan ini sulit untuk diajarkan secara langsung.
Bab 4
Ringkasan
materi Bab 4 sebagai berikut:
Ciri-ciri Kerja Kelompok Efektif dan Pembelajaran
Kooperatif
Kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif
terdiri dari sisvva bekerja sama di dalam kelompok-kelompok yang cukup kecil
supaya setiap orang dapat berpartisipasi di dalam tugas yang diberikan secara
jelas. Tujuan belajar mengarahkan kegiatan kelompok, guru meminta sisvva
bertanggung jawab secara individu atas pemahaman mereka, dan murid saling
tergantung untuk mencapai tujuan— semua ini adalah ciri-ciri penting. Salah
satu manfaat terpenting kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif adalah perkembangan
keterampilan sosial, seperti mendengarkan dengan penuh perhatian, menyelesaikan
ketidaksepakatan secara diplomatis, dan memahami sudut pandang orang lain.
Strategi
kerja kelompok
Kerja kelompok adalah satu strategi yang
dirancang untuk meningkatkan keterlibatan siswa lewat interaksi sisvva-siswa
saat model lain digunakan. Syarat merencanakan dan menerapkan strategi kerja
kelompok adalah mendudukkan anggota kelompok bersama-sama; memberikan arahan
jelas; dan menuntut sisvva menghasilkan satu produk demi mencegah perilaku di
luar tugas; dan menciptakan kegiatan untuk mengembangkan keterampilan
berinteraksi.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe pasangan
belajar (learning pairs) adalah bentuk kerja kelompok paling sederhana, diantaranya
strategi seperti think-pair-share, pairs check, combining pairs, dan teammates
consult.
Jenis-jenis
pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah sekelompok
strategi mengajar yang memberikan peran terstruktur bagi sisvva sambil
menekankan interaksi sisvva-siswa.
1.
Jigsaw
adalah strategi pembelajaran kooperatif di mana sisvva individu menjadi pakar
dalam subbagian satu topik dan mengajarkan subbagian itu kepada orang
lain.Jigsaw dirancang untuk membantu sisvva mendapatkan bangunan pengetahuan
sistematis melalui proses spesialisasi tugas, yang menuntut siswa berbeda
memainkan peran-peran khusus untuk mencapai tujuan satu kegiatan belajar.
2. Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah
strategi pembelajaran kooperatif yang memberi tim berkemampuan majemuk praktik
untuk mempelajari konsep dan keterampilan. STAD umumnya digunakan secara kombinasi
dengan instruksi langsung, tapi STAD menggunakan studi tim untuk menggantikan
praktik mandiri, yang merupakan fase terakhir di dalam pengajaran langsung. STAD
dirancang untuk meningkatkan motivasi murid dengan memberi siswa poin perbaikan
dan ganjaran tim bagi peningkatan prestasi atau kinerja.
Strategi Diskusi
Diskusi adalah strategi pengajaran (instruksional) yang
melibatkan siswa untuk berbagi ide tentang satu topik umum. Diskusi mirip
dengan kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif karena menekankan interaksi
sisvva-siswa. Kerja kelompok dapat dikombinasikan secara efisien dengan
strategi pembelajaran kooperatif dan model pengajaran Iainnya. Diskusi yang
tidak berhasil biasanya terjadi karena kurangnya pengetahuan awal siswa, adanya
siswa yang terbuka atau agresif mendominasi diskusi, atau arahan yang tidak
jelas.
Pembelajaran
Kooperatif dan Diskusi dalam Lingkungan Belajar yang
Berbeda
Keterampilan sosial seperti mendengarkan secara penuh perhatian
waktu seseorang berbicara penting di dalam komunikasi tatap muka, ada keterampilan dan
konversi sosial tertentu vang harus diikuti cii dalam
komunikasi elektronik. Panduan bagi komunikasi elektronik efektif mencakup
menjaga komunilasi tertulis, seperti surel, pendek dan langsung ke inti
permasalahan; menjaga nada yang menyenangkan dan mendukung; menggunakan tata
bahasa, koma, dan ejaan yang tepat; dan secara hari-hati menghindari komunikasi
agresif dan destruktif, seperti caci-maki (flaming) dan cvber-bullying.
Kerja kelompok, pembelajaran kooperatif, dan diskusi dapat
digunakan bersama anak kecil jika mereka diatur secara cermat, memberikan
arahan jelas, dan menggunakan bahan-bahan yang dikenal, seperti cerita yang
baru dibaca. Kerja kelompok, penmbelajaran kooperatif, dan diskusi dapat
meningkatkan motivasi siswa dengan memanfaatkan efek motivasi dari interaksi
dan keterlibatan sosial.
Bab
5
Strategi yang diajarkan lewat Model Temuan Terbimbing
Model temuan terbimbing digunakan untuk mengajarkan konsep
(kategori dengan karakteristik-karakterisrik yang sama) dan generalisasi
(hubungan antara konsep). Beberapa generalisasi dianggap berlaku bagi semua
kasus dan secara umum
disebut prinsip atau hukum. Generalisasi lainnya secara
manasuka diturunkan oleh manusia dan disebut aturan-aruran akademis. Model ini
juga dirancang untuk membanru siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis
mereka.
Selama perencanaan, guru mengidentifikasi topik,
menciptakan tujuan belajaryang pasti, dan menemukan atau menyiapkan contoh
berkualitas-tinggi. Contoh dapat meliputi
materi konkret, gambar, model, studi kasus, atau simulasi dan permainan peran.
Contoh-contoh berkualitas tinggi mencakup semua informasi
yang dibutuhkan sisvva untuk memahami topik. Contoh-contoh itu adalah alat
paling erektif bagi guru untuk mengakomodasi perbedaan latar belakang di antara
siswa. Contoh-contoh itu pada hakikatnya
"menyamakan medan permainan" bagi siswa.
Menerapkan pelajaran menggunakan model
temuan terbimbing dimulai d perkenalan singkat yang diikuti fase
berujung-terbuka di mana siswa didorong
melakukan observasi perbandingan di antara contoh-contoh yang disajikan. Fase
berujung-terbuka diikuti fase konvergen di mana guru secara bertahap membimbing
siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Pelajaran selesai tatkala siswa mampu mendefinisikan konsep
menyatakan hubungan di dalam generalisasi, dan menerapkan pada situasi baru
serta, idealnya dunia nyata.
Kemampuan guru untuk menggunakan pertanyaan-pertanyaan
merpakan hal penting untuk mendorong pemahaman mendalam tentang
topik dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Pemahaman dan pemikiran akan saling terkait dan dicapai terutama lewat
pengajuan pertanyaan oleh guru seperti "Mengapa?", "Bagaimana kau
tahu?"; dan "Apa yang akan terjadi jika?"
Model Temuan Terbimbing memanfaatkan efek motivasi intrinsik
dari keterlibatan siswa dan rasa misteri. Fase berujung-terbuka dari model
ini dengan penekanan pada pertanyaan berujung-terbuka, secara unik mendorong tingkat keterlibatan siswa yang tinggi, yang
meningkatkan minat siswa dan persepsi terhadap kontrol dan otonomi. Karena
pelajaran dimulai dengan upaya menemukan pola-pola yang belum dinvatakan secara
terbuka oleh guru, rasa penasaran dan tantangan disuntikkan. Saat tantangan
teratasi, persepsi murid terhadap kompetensi mereka akan meningkat.
Model temuan terbimbing bisa langsung
diadaptasi untuk siswa dari usia yang berbeda. Saat menggunakan model ini
dengan anak-anak kecil, contoh konkret menjadi penting. Anak kecil merespons
dengan baik fase berujung-terbuka dari pelajaran temuan terbimbing dan guru
harus memutuskan seberapa lama mereka akan membiarkan fase ini berlangsung.
Pelajaran temuan terbimbing dengan anak-anak kecil cenderung lebih pendek dibandingkan dengan
anak-anak yang lebih tua.
Saat menggunakan Model Temuan Terbimbing
dengan siswa lebih tua, contoh berkualitas tinggi tetap penting. Fase
berujung-terbuka mungkin perlu pembiasaan karena siswa berusia lebih tua sudah
terbiasa menjawab pertanyaan spesifik dengan satu jawaban yang benar. Guru bisa
kreatif dalam cara mereka menyiapkan dan menggunakan contoh. Saat keahlian
mereka meningkat, mereka bisa belajar menggunakan model ini secara spontan.
Penilaian pembelajaran temuan terbimbig efektif sesuai dengan tujuan guru. Tes kertas-dan-pensil
serta asesmen kinerja bisa digunakan untuk mengukur pemahaman siswa. Asesmen
yang memanfaatkan penerapan di dalam konteks dunia nyata dan mencakup umpan
balik mendetail adalah beberapa alat paling ampuh yang dimiliki guru untuk
meningkatkan pembelajaran.
Bab 6
Model Peraihan Konsep
Pembahasan
bab 6 dimulai dengan tujuan belajar bagi model Peraihan konsep. Model ini dirancang untuk
membantu siswa memperdalam dan memperkaya pemahaman mereka tentang
konsep-konsep dimana mereka memiliki pengalaman tentangnya. Pelajaran peraihan
konsep juga membantu siswa memperdalam pemahaman mereka tentang konsep yang
terkait erat. Model peraihan konsep secara unik dapat memberi siswa latihan
berpikir kritis dan khususnya latihan menguji hipotesis dalam konteks metode
ilmiah.
Dalam
perencanaan pelajaran dengan model peraihan konsep guru merencanakan
kegiatan peraihan konsep dengan mengidentifikasi satu konsep spesifik dan
menciptakan atau menemukan contoh-contoh dan noncontoh dari konsep tersebut. Setelah mengidentifikasi contoh dan
noncontoh, siswa mengurutkan kesemuanya itu lewat cara yang secara maksimal
memberikan jumlah praktik atau latihan pengujian hipotesis dan ini adalah
langkah terakhir di dalam proses perencanaan.
Penerapan
pelajaran menggunakan model peraihan konsep guru harus menggunakan topik yang akrab untuk memperkenalkan
strategi ini bisa efektif, terutama ketika menggunakan model ini untuk
anak-anak kecil karena murid cenderung tidak akrab dengan
prosedur peraihan konsep. Pelajaran
dimulai ketika guru memberikan contoh dan noncontoh. Siswa kemudian membuat
hipotesis, yang diikuti oleh lebih banyak contoh, analisis terhadap hipotesis
dengan menggunakan contoh tambahan, dan melanjutkan pengujian hipotesis sampai
mendapatkan satu hipotesis tunggal. Pelajaran ditutup saat konsep terdefinisikan,
karakteristik teridentifikasi, dan konsep dapat dihubungkan dengan
konsep-konsep yang terkait.
Bagaimana
mengadaptasi model peraihan konsep di dalam lingkungan
belajar yang berbeda yaitu melalui pembuatan topik dan contoh konkret serta
mengurangi penekanan pada noncontoh. Terutama untuk anak-anak kecil. Mempertimbankan
dengan cermat pengetahuan awal siswa dan penggunaan kerja kelompok. Hal ini
akan menjadi solusi saat menangani siswa
yang berada dalam kultur minoritas
Ketika
peraihan konsep 2 tercapai dikarenakan murid secara strategis telah memilih contoh-contoh dari satu daftar yang
diberikan oleh guru untuk menguji hipotesis. Selanjutnya peraihan
konsep 3 terjadi murid mampu membuat
contoh mereka sendiri untuk menguji hipotesis mereka.
Teknologi bisa digunakan untuk menciptakan program
pembelajaran yang memungkinkan siswa mengikuti kegiatan-kegiatan peraihan
konsep di dalam lingkungan yang lebih individual.
Penilaian Pembelajaran model
peraihan konsep, dapat dilakukan guru melalui pelatihan pada siswa untuk dapat
mendefenisikan konsep, mengidentifikasi karakteristik-karakteristik konsep,
mengidentifikasi hubungan antara konsep dan konsep-konsep
yang saling terkait, atau membuat contoh unik dari konsep tersebut. Hal
terakhir ini merupakan cara penilaian paling efektif. Guru dapat pula menilai
berpikir kritis dengan meminta siswa menganalisis hipotesis saat mereka mendapat contoh-contoh
tambahan.
Bab 7
Model Integratif
Model Integrant dirancang untuk membantu
siswa memahami bangunan pengetahuan sistematis (organized body of knowledge),
topik yang mengkombinasikan fakta, konsep, generalisasi, dan hubungan di antara
semua itu. Model Integratif juga
dirancang untuk memberi siswa latihan berpikir kritis.
Perencanaan pelajaran dengan model integrative mencakup: identifikasi topik, menentukan tujuan belajar
yang jelas, dan kemudian menyiapkan penyajian data untuk membantu siswa
mencapai tujuan. Penyajian dataumumnya dalam bentuk matriks, tapi bisa juga
mencakup grafik, peta, dan diagram dalam bentuk gambar.
Menerapkan pelajaran menggunakan Model Integratif melibatkan empat
fase. Dalam fase berujung-terbuka, murid mengamati, membandingkan, dan mencari
pola. Dalam fase kedua, fase kausal, siswa memberikan penjelasan bagi kesamaan
dan perbedaan yang mereka temui. Dalam fase ketiga, fase hipotetis, siswa
memikirkan kemungkinan-kemungkinan bagi kondisi-kondisi yang berbeda. Dalam
fase terakhir, penutup dan penerapan, siswa membuat generalisasi luas
berdasarkan analisis mereka terhadap data. Sesering mungkin, siswa diminta
menjustifikasi pemikiran mereka dengan menawarkan data yang diambil dari sajian
data untuk mempertahankan kesimpulan mereka.
Model
Integratif memanfaatkan efek penyemangat atau motivasi (motivating)
dari keterlibatan, keberhasilan, dan tantangan. Kemudian, saat kemampuan siswa
untuk membuat dan mencatat penjelasan serta hipotesis meningkat, persepsi
mereka terhadap kompetensi mereka pun ikut meningkat. Model Integratif cocok dengan kegiatan kerja
sama, yang dapat memanfaatkan manfaat penyemangat dari interaksi sosial.
Model Integratif dapat digunakan secara efektif bersama
anak-anak kecil dengan membuat sajian data dalam bentuk gambar. Menyusun
informasi dalam bentuk gambar juga meningkatkan efektivitasnya bagi siswa yang
tidak memiliki pengalaman dengan topik yang ada atau bagi siswa yang bukan
penutur asli Bahasa Inggris. Diagram, grafik, dan peta dari buku teks juga
berfungsi sebagai data siap saji yang bisa digunakan dalam pelajaran Model
Integratif. Juga, data yang akan dianalisa bisa dikumpulkan sepanjang diskusi
kelas.
Saat Model Integratif Digunakan untuk menilai
pemahaman siswa tentang topik dan kemampuan mereka untuk berpikir kritis
bisa diukur berbarengan dengan cara meminta mereka membuat dan menilai
kesimpulan tentang informasi dari matriks yang sudah mereka pelajari atau yang
memiliki sajian data unik.
Layaknya semua pengajaran, asesmen harus menjadi bagian tak terpisahkan dari
proses belajar mengajar. Saat asesmen dilakukan secara sering dan menyeluruh,
dan siswa diberikan umpan balik mendetail tentang kinerj. mereka, asesmen dapat
menjadi alat ampuh untuk meningkatkan pembelajaran.
Bab
8
Model
Pembelajaran Berbasis-Masalah
Merencanakan
Pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis-Masalah
Pembelajaran Berbasis-Masalah adalah satu
model pengajaran yang menggunakan
masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan-masalah,
materi (konten), dan pengendalian diri. Selama pelajaran Pembelajaran
Berbasis-Masalah, memecahkan satu masalah spesifik adalah tujuan pelajaran.
Tanggung jawab untuk memecahkan masalah itu ada pada diri sisvva, dan guru
memandu proses pemecahan-masalah.
Merencanakan pelajaran untuk Pembelajaran
Berbasis-Masalah mulai ketika satu topik diidentifikasi dan tujuan belajar
dinyatakan. Perencanaan berlanjut dengan
memilih satu masalah yang akan berfungsi sebagai fokus pelajaran. Proses ini
selesai saat terjadi akses pada materi yang memungkinkan sisvva mencari solusi
masalah.
Penerapan Pelajaran Berbasis-Masalah mulai diterapkan saat guru pertama-tama mereview
pengetahuan awal yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan memberi siswa
satu masalah untuk dipecahkan. Dengan bimbingan dari guru, siswa kemudian
merancang dan menerapkan strategi untuk memecahkan masalah. Pelajaran untuk
Pembelajaran Berbasis-Masalah ditutup kala siswa menyajikan dan membahas
hasil-hasil dari upaya pemecahiin masalah mereka.
Salah satu komponen penting dalam
pembelajaran berbasis masalah adalah melakukan penyelidikan. Penyelidikan
adalah satu proses untuk secara sistematis menjawab pertanyaan berdasarkan
bukti. Penyelidikan didasarkan pada metode ilmiah dan dirancang untuk memberi siswa
latihan dalam penelitian ilmiah. Pelajaran yang menggunakan Penyelidikan mulai
dengan pertanyaan yang dijawab siswa secara sementara (berhipotesis). Data
kemudian dikumpulkan, yang memungkinkan asesmen terhadap hipotesis. Pelajaran
ditutup saat siswa membuat generalisasi dari asesmen terhadap hipotesis mereka.
Penyelidikan bisa dimodifikasi supaya efektif dalam berbagai bidang materi.
Modifikasi primer terjadi dalam cara pengumpulan data untuk menyelidiki
hipotesis.
Pembelajaran Berbasis-Masalah bisa digunakan
bersama anak-anak kecil dengan menyajikan masalah secara spesifik dan konkret
seraya memberi siswa bimbingan yang diperlukan untuk memecahkan masalah dengan
sukses. Saat melakukan kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah bersama siswa
yang memiliki latar belakang yang berbeda, upaya harus dikerahkan demi
memastikan sisvva memiliki pengetahuan awal yang dibutuhkan untuk menyelidiki
masalah dengan sukses.
Kegiatan Pembelajaran Berbasis-Masalah memanfaatkan efek
motivasi dari rasa ingin tahu dan tantangan, tugas autentik, dan keterlibatan
serta
otonomi. Memulai kegiatan dengan satu masalah akan mendorong rasa ingin tahu
dan tantangan, tugas-tugas autentik mengaitkan materi abstrak dengan dunia
nyata, dan otonomi serta keterlibatan tercipta saat kegiatan dilaksanakan.
Penilaian
model pembelajaram berbasis masalah dapat dilakukan dengan cara menilai hasil
dari proses. Asesmen kinerja, pengamatan sistematis, dattar periksa, dan skala
pemeringkatan memberi guru dan siswa umpan balik informatif tentang kemajuan belajar. Studi kasus memberikan cara
tambahan untuk menilai pembelajaran dalam pelajaran Penyelidikan. Dengan
memberi siswa kasus-kasus berbasis-Penyelidikan, guru dapat menilai
proses-proses komponen berbeda dalam Penyelidikan.
Bab
9
Model
Pembelajaran Langsung
Merencanakan
pelajaran untuk Model Pengajaran Langsung dimulai saat guru mengidentifikasi
satu keterampilan spesifik yang mereka ingin siswa pahami dan gunakan. Ini
diikuti dengan mengidentifikasi tujuan-tujuan belajar spesifik yang diharapkan
siswa pelajari. Langkah ketiga dalam perencanaan adalah menemukan atau membuat
contoh-contoh berkualitas-tinggi yang membantu siswa mengembangkan fondasi
konseptual bagi keterampilan-keterampilan yang akan mereka terapkan kemudian,
bersama dengan masalah-masalah yang akan mereka pecahkan selama latihan.
Menerapkan Pelajaran untuk
Pembelajaran langsung melalui empat fase berangkai, yaitu perkenalan,
presentasi, praktik terbimbing, dan praktik mandiri. Penggunaan contoh dan
soal yang sudah dipikir masak-masak adalah kunci keberhasilan kegiatan pembelajaran
di mana model itu digunakan. Meskipun model ini sangat tergantung pada arahan
guru, penggunaan efektif Model Pengajaran Langsung menuntut tingkat interaksi
tinggi antara guru dan siswa. Pola-pola dalam interaksi ini bergeser saat
pelajaran berkembang. Pada awalnya, guru menyajikan informasi dan secara kuat
membimbing siswa saat mereka
mengerjakan soal dan contoh. Kemudian, siswa kian bekerja sendiri-sendiri
sampai mereka bisa menganalisis contoh dan memecahkan soal tanpa bantuan guru.
Meskipun Model Pengajaran Langsung dirancang
untuk mengajarkan keterampilan prosedural, tetapi mengembangkan pemikiran
kritis sama pentingnya ketika menggunakan model ini sebagaimana saat menggunakan
strategi atau model lainnya.
Model Pengajaran Langsung bisa efektif untuk
meningkatkan motivasi siswa. Sebab, model ini mendorong keberhasilan siswa
sambil memanfaatkan efek motivasi dari tantangan dalam pemecahan masalah. Saat
menggunakan model ini, membuat contoh konkret dan personal penting dalam fase presentasi. Meskipun Model
Pengajaran Penting berpusat pada guru, tingkat keterlibatan siswa yang tinggi
adalah penting saat menggunakan model ini. Juga, keterlibatan meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar. Model Pengajaran Langsung terutama efektif saat
mengajari siswa yang latar belakangnya beragam. Sebab, model ini memberikan
struktur dan kesempatan berinteraksi. Struktur memberikan situasi atau lanskap
pelajaran yang akrab bagi siswa. Interaksi memberikan peluang bagi guru dan
siswa untuk mengidentifikasi contoh-contoh yang sama-sama bermakna. Tutorial
berbasis-teknologi kerap cocok dengan struktur Model Pengajaran Langsung dan
berbagai tutorial ada di dalam banyak bidang materi.
Saat menilai pemahaman siswa tentang
keterampilan-keterampilan prosedural yang diajarkan dengan menggunakan Model
Pengajaran Langsung, guru meminta siswa memecahkan masalah-masalah yang
menuntut mereka menerapkan keterampilan-keterampilan yang telah mereka
dapatkan. Guru perlu berhati-hati agar
tidak menyusun kata-kata dalam soal yang digunakan untuk asesmen serupa dengan
penyusunan kata-kata sepanjang kegiatan belajar. Hal ini akan menghindari siswa
memecahkan soal asesmen dengan tepat berdasarkan susunan kata-kata dan lebih berdasarkan
pemahaman terhadap keterampilan. Susunan kata-kata asesmen akan tergantung pada
pertimbangan profesional guru.
Bab 10
Model Ceramah-Diskusi
Ceramah itu populer
karena mudah direncanakan, fleksibel, dan sederhana untuk diterapkan. Namun ceramah
kerap tidak efektif, terutama bagi anak-anak kecil dan siswa yang bermotivasi
rendah. Sebab, ceramah menempatkan murid dalam peran pasif, umumnya membebani
secara berlebihan memori kerja para murid, dan tidak memungkinkan guru untuk
secara informal menilai kemajuan pembelajaran.
Ceramah yang dipadukan
dengan diskusi membantu mengatasi kekurangan-kekurangan ceramah dengan
menggabungkan antara periode-periode pendek di mana informasi disajikan dan
periode-periode di mana tingkat tinggi keterlibatan siswa didorong, baik dalam
situasi kelas-utuh atau kelompok-kecil.
Merencanakan pelajaran
ceramah-diskusi melibatkan empat langkah: mengidentifikasi topik, menentukan
tujuan belajar, menstrukturkan materi, dan menyiapkan pengantar pelajaran. Karena
bangunan pengetahuan sistematis itu luas dan rumit, menentukan tujuan belajar
memerlukan lebih banyak pembuatan keputusan dibandingkan kala mengajarkan
bentuk-bentuk materi yang lebih spesifik, seperti konsep, generalisasi, atau
keterampilan prosedural.
Karena cakupan
bangunan pengetahuan sistematis, bangunan itu tidak bisa diajarkan dalam satu
pelajaran, sehingga materinya harus distrukturkan supaya bermakna bagi siswa. Panduan
awal (advance organizers) adalah pernyataan-pernyataan yang disajikan pada awal
pelajaran ceramah-diskusi dan dirancang untuk menarik perhatian siswa dan
memberikan kerangka kerja untuk dikaitkan dengan materi pelajaran.
Penerapan Pelajaran untuk Model Ceramah-Diskusi dimulai dengan satu pengantar yang diniatkan untuk
menarik siswa ke dalam pelajaran dan dengan satu panduan awal yang memberikan
kerangka kerja bagi pelajaran. Sepanjang tahap presentasi, guru memberi siswa
informasi baru dan biasanya menggunakan pengajuan pertanyaan untuk memeriksa
persepsi dan pemahaman siswa tentang informasi. Periode menyajikan informasi
tambahan terjadi setelah monitoring pemahaman. Kemudian, guru kembali memeriksa
pemahaman siswa, kali ini berusaha membantu siswa mengintegrasikan informasi
baru dengan informasi yang sebelumnya disajikan.
Model Ceramah-Diskusi,
meski dirancang untuk mengajarkan bangunan
pengetahuan sistematis, bisa dergan segera diadaptasi untuk mengajarkan konsep dan generalisasi.
Memberikan definisi atau mergungkapkan generalisasi terjadi di dalam fase
presentasi. Juga, monitoring pemahaman
dan integrasi dicurahkan untuk
menganalisis contoh. Model Ceramah-Diskusi
cocok bagi anak-anak kecil dan murid tak berpengalaman jika presentasi dibuat singkat
dan digabungkan dengan tingkat interaksi
tinggi.
Penilaian pemahaman siswa saat menggunakan Model ceramah-diskusi adalah berfokus pada pemahaman siswa tentang hubungan di antara topik-topik
yang mereka pelajari dan penerapan topik-topik itu pada situasi-situasi baru. Hal
ini memerlukan lebih dari sekadar menilai pemahaman terhadap fakta-fakta
spesifik, konsep, dan generalisasi. Item-item esai pendek yang meminta siswa
untuk menggambarkan hubungan, dan item-item hipotetis yang menuntut siswa untuk
mentransfer pemahaman mereka pada situasi-situasi baru, efektif untuk menilai
topik-topik yang diajarkan dengan Model Ceramah-Diskusi. Memberi siswa daftar
konsep-konsep dan meminta mereka menyusun konsep-konsep itu secara hierarkis
juga bisa efektif untuk menilai materi yang diajarkan dengan Model
Ceramah-Diskusi.
III.
KOMENTAR,
ANALISIS, DAN KAJIAN ISI BUKU SERTA KEKURANGAN DAN KELEBIHANNYA
A. Komentar dan Analisis Isi Buku
Buku
dengan judul: Strategi Dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten Dan
Keterampilan Berpikir). Edisi keenam memiliki
desain cover yang menarik karena memiliki kombinasi warna hitam bagian
atas dengan tulisan judul warna putih sehingga judul dapat cepat terbaca, dilengkapi sub
judul warna coklat mud dan dicetak
miring. Sedangkan bagian bawah warna ungu muda tertera nama pengarang dengan
warna kuning. Pada baian ini terdapat
gambar puzzle bentuk lingkaran yang dapat berarti bahwa guru harus
mempunyai kemampuan untk menyusun strategi dan mengaplikasikan model
pembelajaran dikelas secara utuh yang dengannya mampu membawa siswa pada
pemahaman yang saling terintegratif bukan hanya kepingan-kepingan informasi.kemudian
setiap bab, terdapat judul yang dilengkapi dengan gambar menarik sesuai dengan
isi bab.
Pembahasan konsep strategi dan model
pembelajaran pada Bab I, bukan lagi sekedar kumpulan teori dari para ahli
tetapi bagaimana kedua konsep ini diimplementasikan di ruang-ruang kelas dengan
menampilkan contoh studi kasus konkrik
baik secara bentuk narasi/teks maupun video dapat diakses di website www.myeducayionlab.com.dimana seorang guru di suatu sekolah
di Amerika yang kemudian yang dibahas pada setiap tahapan/fase pembelajaran.
Hal
baru (bagi pereview ) yang dapat kita
temukan dalam Bab 1 buku ini adalah taksonomi Bloom dalam domain kognitif telah
direvisi oleh Anderson dan Kratwohl ( 2001) dimana revisi ini berbentuk matriks
dengan 24 sel yang mewakili persinggungan dari empat tipe pengetahuan dengan
enam proses kognitif yang kemudian dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan-tujuan pembelajaran dan assesmen.
Contoh
cara kerja taksonomi ini dipaparkan penulis pada halaman 11 sampai 12. Hal yang
patut disyukuri bahwa Kurikulum 2013 telah mengadopsi revisi tersebut dengan
mewajibkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru uraian materi
pengetahuannya harus jelas antara materi konsep, materi factual, dan materi
procedural. Adapun pengetahuan metakognitif belum secara konkrit dijabarkan
dalam RPP.
Selanjutnya
pembahasan akan dilanjutkan bagaimana cara guru di Amerika Serikat menghadapi
siswnya dengan latar belakang kultur dan bahasa yang berbeda serta bagaimana
standar pendidikan Negara bagian Amerika dan organisasi yang terlibat.
Bagian
terakhir Bab I, akan kita jumpai pembahasan bagaimana cara guru melakukan
refeltif . sebab tidak ada strategi yang bagus, tetapi strategi yang cocok
dengan tujuan pembelajaran, dan model tidak bisa mendikte segala tindakan yang
dilakukan oleh guru dan satu model pembelajaran bukanlah pengganti keahlian
mengajar. Dengan reflektif, guru dapat menganalisa kekuatan dan kelemahan pembelajaran,
karena tidak ada dari kita yang pernah memberikan pelajaran sempurna.
Dalam
Bab 2, kita akan dituntun dengan dan diarahkan secara tepat yang diawali dengan
contoh studi kasus yang dilakonkan oleh Devonne Lampkin guru kelas 5. Selanjutnya
mengalirlah cerita bagaimana guru ini dengan menciptakan iklim ruang kelas
positif serta usaha-usaha yang dilakukan untuk memotivasi siswanya. Selanjutnya
bagaimana teori pembelajaran kognitif bisa diterapkan untuk meningkatkan
pembelajaran semua siswa, serta mengidentifikasi factor-faktor yang
meningkatkan motifasi siswa.
Bab
3, membahas tentang bagaimana cara yang harus dilakukan seorang guru agar dapat
membuat keputusan-keputusan yang penting dan tepat dalam perencanaan
pembelajaran, mengidentifikasi contoh-contoh strategi pengajaran penting dalam
kegiatan pembelajaran di kelas, serta bagaimana pemikiran kritis bisa
diintegrasikan dengan kegiatan pembelajaran di ruang kelas.
Bab
4 membahas tentng bagaimana kita mengenali elemen-elemen penting dari kerja
kelompok dan strategi pembelajaran kelompok. Selanjutnya bagaimana merencanakan
dan merencanakan pembelajaran kelompok, merencanakan dan menerapkan
pembelajaran Jigsaw, dan STAD. Kemudian pembahasan dilanjutkan tentang rencana
dan penerapan metode diskusi. Pada bagian akhir membahas tentang bagaimana cara mendorong perkembangan social
dengan teknologi dan memanfaatkan interaksi siswa yang memiliki usia
berbeda-beda.
Dari
awal sampai akhir, penulis tidak pernah menyinggung bahwa pembelajaran kooperatif
termasuk model pembelajaran. Penulis hanya membahas pembelajaran kooperatif
dengan memakai istilah “strategi pembelajaran kooperatif”
Bab
5, membahas tentang bagaimana cara mengenali jenis-jenis materi yang diajarkan
secara efektif dengan model temuan terbimbing., merencanakan pembelajarannya,
menerapkannya di kelas, mengadaptasi model temuan terbimbing bagi siswa dari
kelompok usia dan latar belakang berbeda, dan bagaimana menilai materi yang
diajarkan dengan model temuan terbimbing.
Bab
6, membahas tentang cara mengenali tujuan yang dicapai secara efektif lewat
model peaihan konsep, merencanakan dan menerapkannya, bagaimana mengadaptasi
model peraihan konsep dalam konteks pembelajaran yang berbeda-beda, serta cara
menilai hasil siswa dalm model peraihan konsep.
Bab
7, pembahasan tentang bagaimana mengenali jenis materi yang diajarkan efektif
jika memakai model integrative. Selanjutnya bagaimana merencanakan, menerapkan,
mengadaptasi model integrative pada usia dan latar belakang berbeda, serta bagaimana
cara menilai pemahaman siswa tentang materi jika memakai model integrative.
Bab
8, membahas tentang bagaimana merencakana pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
berbasis masalah, dan menerapkannya. Kemudian membahas tenntang bagaimana perencanaan
dan penerapanan pembelajaran menggunakan model penyelidikan. Selanjutnya cara
mengadaptasi dan menilai pembelajaran dengan penggunan model pembelajaran
berbasis masalah.
Pada
bab ini penulis membahas tersendiri bagaimana cara merencanakan dan menerapkan
model penyelidikan di kelas. Padahal, penyelidikan adalah bagian dari model
pembelajaran berbasis masalah. Namun setelah dicermati ternyata memang
penyelidikan merupakan kajian yang cukup luas dan mempunyai sitematika
tersendiri. Model penyelidikan terkait dengan modell peraihan konsep.
Bab
9 membahas tentang merencanakan dan menrapakan model pengajaran langsung,
bagaimana mengadaptasinya dengan memanfaatkan teknologi, bagaimana model
pengajaran langsung diterapkan pada siswa yang memiliki perbedaan budaya dan
linguistic. Selanjutnya bagaimana menilai pemahaman dan keterampilan siswa.
Bab
10, pembahasan dimulai dengan gambaran baimana perbedaan hakiki antara ceramah
dan ceramah diskusi sebagai pendekatan dalam mengajar. Selanjutnya membahas
perencanaan dan penerapan model eramah-diskusi, mengadaptasi model
ceramah-diskusi dalam lingkungan beaj dan kontks yang berbeda, serta cara
menilai pemahaman siswa tentang materi yang diajakan dengan menggunakan cara
yang berbeda.
Hal menarik dalam Bab
10 ini bahwa penulis menggolongkan ceramah-diskusi sebagai sebuah model
(halaman 400; “Diane menggunakan Model Ceramah-diskusi, sebuah model pengajaran
yangdirancang untuk membangun siswa memahami bangunan pengetahuan sistematis.” Bagi beberapa kalangan ceramah-diskusi tidak
boleh lagi dipakai, karena termasuk konvensional dan bahkan. Penulis
menggolongkan ceramah sebagai model tradisional. Namun penulis menampilkan
ceramah-diskusi dengan apik dan memberikan penekanan bahwa ceramah-diskusi merupakan modifikasi dari
ceramah konvensional yang jika direncanakan dengan baik, kemudian diterapkan
dengan tepat, akan dapat membantu siswa menghubungkan fakta-fakta, konsep dan
generalisasi serta membuat hubungan diantara semua itu secara eksplisit dan gamblang
(hal 400).
B. Kajian Isi Buku
Buku
ini adalah terjemahan terdiri atas Pendahuluan, dan 10 bab pembahasan dengan
jumlah halaman 432 dilengkapi lampiran Glosarium. Keseluruhan pembahasan dibagi atas 2 kelompok
yaitu Bab 1, 2, dan 3 memberikan kita tentang pemahaman akan pembelajaran dan
motivasi sekaligus strategi mengajar penting yang mendukung semua pengajaran. Bab 4 sampai Bab
10 menggambarkan model pembelajaran termasuk saran untuk menyesuaikan model
dengan konteks-konteks pengajaran berbeda yang kita jumpai di kelas
Disetiap
awal bab, kita akan diberikan panduan
garis besar bab dan dilengkapi dengan tujuan pembelajaran sehigga bagi kita
yang tergolong mahasiswa bahkan guru telah dapat mengetahui isi bab dengan
jelas. Demikian pula setelah kita membaca dan mempelajari setiap bab, maka
diakhir pembahasan akan kita jumpai konsep-konsep penting terkait dengan
pembahasan,, dan selanjutnya terdapat pula instrument yang bertujuan unuk
menilai dan memperdalam pemahaman kita tentang materi disetiap bab dengan
berbagai bentuk instrument yang menarik.
Pembahasan
yang memadukan konsep Strategi dan Model Pembelajaran sangat menarik dan
memiliki kekuatan yang membawa kita pada suatu pengalaman yang unik dikarenakan
pembahasannya yang secara detail dan mendalam. Buku ini layaknya seperti
panduan bagi setiap guru karena lebih bersifat implementatit. Setiap topic/Bab
diawali langsung dengan contoh studi kasus dalam bentuk teks/video dengan latar belakang ruang kelas
sesungguhnya. Bahkan saat pembahasan konsep strategi dan model pembelajaran
(Bab 1, 2, 3) yang kemudian dengan
melalui studi kasus tersebut kita dituntun mengenali strategi dan model
pembelajaran.
Pembahasan
Bab 4 – Bab 10 tentang model pembelajaran dikupas secara mendetail dan langsung
disertai contoh studi kasus baik secara teks maupun secara audio visual (video)
yang dapat diakses di www.myeducationlab.com . Studi kasus berbentuk teks dibuat
berdasarkan videonya. Dan inilah keunggulan buku ini. Bahkan penulis
telah mengklain bahwa hal ini tidak akan kita jumpai di buku lain. Setiap
langkah-langkah atau fase pembelajaran
secara konkrit bisa diamati dan dicermati melalui lakon guru dan para siswa
yang ditampilkan pada studi kasus dunia nyata di ruang kelas.
Mulai
Bab 4 sampai bab 10, penulis membahas tentang model pembelajaran. Dalam setiap
bab tersebut dibahas secara terperinci dan konsisten tentang model yang diawali
dengan tujuan pembelajaran yang terkandung dalam setiap model, bagaimana cara
guru merencanakan pembelajaran model setiap model, bagaimana cara penerapan
setiap model di kelas, bagaimana cara guru melakukan adaptasi setiap model
dalam lingkungan yang berbeda, bagaimana cara guru melakukan penilaian saat
setiap model digunakan.
Kedalaman
pembahasan setiap bab sangat dalam dan menyeluruh serta secar proporsional karena
tidak ada bab yang dibahas lebih banyak
atau sedikit. Semua sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pembahasan setiap
konsep-konsep ditunjang oleh hasil
penelitian atau dari artikel-artikel menyebabkan konsep yang dikemukakan bukan
sekedar hasil pemikiran/dugaan penulis saja.
Jenis
huruf yang digunakan menarik dan sederhana sehingga pada saat dibaca mata tidak
akan cepat lelah. Menarik karena terdapat variasi huruf diantara topic-topik
yang berbeda. Misalnya studi kasus dicetak dengan huruf lberbeda. Demikian pula
table disajikan dengan latar belakang gelap. Pada penggunaan besar kecilnya
huruf, judul dan sub judul ukuran huruf
lebih besar dan informasi yang penting menurut penulis dicetak miring.
Gaya
bahasa cara penulis sangat komunikatif. Penulis menyajikan
kalimat-kalimat yang mudah kita mengerti dikarenakan bahasanya ringan tidak
menggunakan kosa kata yang rumit. Ketika kita membaca maka seolah-olah
kita mengadakan percakapan dengan
penulis secara langsung. Pada saat pembahasan tentang konsep, maka penulis akan
mengajak kita membahasnya bersama.
Contoh pada halaman 6. Penulis membahas Subbab yaitu Strategi dan
Model bagi guru. “Istilah strategi,
strategi mengajar, pendekatan mengajar, dan model mengajar kadang digunakan dalam artian yang sama.
Kami akan lebih tajam dalam defenisi kami di buku ini dan akan berfokus pada
strategi dan model. Mari kita tengok konsep-konsep itu.”
Namun pada saat penulis akan menuntun kita maka akan kita
jumpai kalimat-kalimat seperti pada halaman 33. “ Guru membuat jumlah
keputusannya yang mencengangkan-suatu penelitian tonggak yang menunjukkan sebanyak 800 keputusan
per hari (Jackson, 1968). Dan tidak ada yang membantu Anda membuat
keputusan-keputusan itu; sejatinya Anda benar-benar sendirian. Akan tetapi,
saat Anda meraih pengetahuan dan pengalaman, Anda belajar untuk
membuat keputusan-keputusan ini secara rutin dan efisien (bernier, 1994,
2000).”
Apresiasi kepada penerbit Indeks
yang diwaktu yang tepat (terjadi perubahan Kurikulum) telah menerbitkan buku ini dan khusus kepada
penerjemah dengan kemampuannya berhasil membawa buku ini dalam bingkai Bahasa
Indonesia yang mudah dimengerti dikarenakan penyusunan kalimatnya sederhana
sesuai dengan kalimat Bahasa Indonesia.
Buku
ini sangat cocok sebagai panduan bagi
mahasiswa yang belajar di jurusan pendidikan, dikalangan profesi guru,dan
dosen, bahkan bagi kalangan akademisi lainnya. Dengan buku ini kita dapat
memahami bahwa sesungguhnya pengetahuan tentang stategi dan model pembelajaran
amat menunjang pembelajaran di kelas. Untuk membantu siswa mengalami pengalaman
belajar bermakna (meaningfull). Kemudian
merancang/merencanakan strategi dan menerapkan model pembelajaran tidaklah
sulit dilakukan dan adalah hal yang cukup mengasyikkan.
C.
Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan buku ini diantaranya adalah:
1.
Bahasanya
tidak kaku, dan mudah dimengerti,
2.
Pembehasan
setiap konsep dilakukan dengan jelas, sistematik, dan runtut
3.
Buku
ini merupakan hasil karya ahli pendidikan di Amerika Serikat yang bukan hanya
praktisi tetapi adalah pelaku yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan.
4.
Buku
ini adalah edisi keenam yang menunjukkan bagaimana dedikasih kedua pengarang
untuk menyempurnakannya. Dan hal
spektakuler yang bisa diperoleh adalah
pembaca diantar menyelami dunia kelas sesungguhnya dengan penyajian
studi kasus dalam 2 bentuk. Pertama dalam bentuk teks/narasi, dan kedua dalam
bentuk video).
5.
Mengajak
guru memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran
6.
Setiap
model pembelajaran dibahas dari perencanaan sampai pada cara penilaian.
7.
Bahan
referens penulis yang paling banyak
adalah hasil kajian dari penelitian. Jadi konsepnya selalu up to date
Adapun kelemahan buku terjemahan ini
adalah sebagai berikut:
1.
Terjadi
beberapa kali penggunaan kata bukan pada
tempatnya seperti halaman 251:
“Mengadaptasi model temuan terbimbing di dalam lingkungan belajar yang
berbeda.” Padahal seharusnya “Mengadaptasi model peraihan konsep di dalam
lingkungan belajar yang berbeda”. Demikian pula pada halaman 381; “menerapkan
pembelajaran untuk pembelajaran berbasis masalah: penekanan pada pemikiran dan
pemahaman” karena yang dibahas adalah modle pembelajaran langsung, maka
seharusnya; “menerapkan pembelajaran untuk pembelajaran langsung: penekanan
pada pemikiran dan pemahaman”. Selanjutnya pada halaman 408 tertulis
“menerapkan pembelajaran pengajaran langsung” yang seharusnya “menerapkan
pelajarn model ceramah-diskusi”.
2.
Kesalahan
pengetikan masih kita jumpai dibeberapa halaman seperti terjadi pada hal 211
tertulis (Mayer, 202; hal.68) demikian
pula pada halaman 322; (Jonasses; 203), Jika melihat kontennya, maka angka ini
dimaksudkan adalah tahun. Kekeliruan ini
hanya bersifat teknis pengetikan.
3.
Pembagian
subbab tidak dilengkapi dengan nomor/angka urutan.
4.
Contoh-contoh
studi kasus yang disampaikan kebanyakan ruang kelas pada sekolah dasar.
5.
Sebenarnya
ini bukan kekurangan dari buku terjemahan ini tetapi kekurangan hasil
terjemahan atau dari penerbit. Karena di dalam daftar isi jelas terdapat
lampiran selain glosarium yaitu Umpan Balik Latihan (jawaban atas pertanyaan
untuk didiskusikan=menurut pereview) serta daftar pustaka. Namun kedua hal ini
tidak dijumpai. Namun meskipun daftar pustaka tidak ditampilkan penerbit,
namun kemutakhiran referens penulis dapat dilihat pada kutipan-kutipan yang
ditampilkan penulis. Misalnya pada halaman 11, penulis mengambil hasil revisi
taksonomi Bloom oleh Anderson & Kratwohl tahun 2001. Referens penulis yang paling mutakhir adalah
tahun 2010
6.
Karena
sebagai terjemahan, kita tidak bisa mengakses/mengundu video, materi dari situs
yang menjadi pelengkap buku ini, dikarenakan tidak tersedia kode akses
diperoleh saat transaksi pembelian
dilakukan. Meskipun dalam Pendahuluan telah dijelaskan. jadi hanya mahasiswa/guru di Amerika Serikat yang bisa mengaksesnya.
IV. KESIMPULAN
Dengan
buku ini guru dapat memahami konsep
strategi dan model pembelajaran secara komprehensif. Buku ini sangat tepat digunakan sebagai referens bagi guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar