Sabtu, 10 Desember 2011

Belalang


Belalang Sembah atau Belalang Sentadu merupakan serangga dalam ordo Mantodea. Serangga yang dalam bahasa Inggris disebut Praying Mantis ini mempunyai kebiasaan mengatupkan kedua kaki depannya seperti orang yang sedang menyembah. Selain itu, serangga ini juga mempunyai kebiasaan yang menyeramkan dalam bercinta. Belalang betina segera memakan kepala belalang jantan begitu mereka selesai kawin. Jika Burung Maleo setia dan anti poligami, Sang belalang sembah jantan ini bahkan rela mati demi cinta.
Belalang Sembah terdiri atas sekitar 2.000-an spesies yang terkelompokkan dalam 9 Famili yang tersebar di seluruh dunia. Indonesia sendiri memiliki sekitar 200 spesies salah satu yang paling dikenal di Indonesia adalah spesies Hierodula vitrea. Belalang Sembah selain disebut sebagai belalang sentadu juga disebut sebagai congcorang (Sunda dan Betawi), walang kadung atau walang kekek (Jawa) dan mentadak (Melayu). Dalam bahasa Inggris disebut sebagai praying mantis. Kata mantis berasal dari kata Mantes (bahasa Yunani) yang berarti “nabi” atau “peramal nasib”.
Ciri-ciri yang dimiliki belalang sembah adalah memiliki 3 pasang kaki. Dua pasang kali belakang digunakan untuk berjalan sedangkan sepasang kaki depan berguna untuk menangkap mangsa. Kaki depannya sangat kuat dan berukuran paling besar dengan sisi bagian dalamnya berduri tajam yang berguna untuk mencengkeram mangsanya. Belalang sentadu adalah salah satu dari segelintir serangga yang dapat memutar kepalanya hingga 180 derajat.
Belalang sembah adalah serangka pemangsa tingkat tinggi dan merupakan serangga karnivora yang makan segala macam serangga dan terkadang bersifat kanibal. Mereka biasanya diam dan menunggu korban mereka dengan tungkai-tungkai depan dengan posisi yang diangkat ke atas. Serangga ini mempunyai cara kamuflase atau penyamaran yang baik, ada yang mirip seperti daun, ranting, bunga dan sebagainya, sehingga tidak dikenali oleh mahluk yang lainnya, termasuk mangsanya.
Belalang sembah atau belalang sentadu sangat selektif dalam memakan mangsanya. Serangka ini tidak memakan semua bagian tubuh mangsanya dan seringkali menyisakan kaki, sayap dan beberapa bagian tubuh lain yang tidak disukai.
Beberapa spesies belalang sembah, diantaranya:
  • Ischnomantis gigas; Belalang sembah terbesar dengan panjang mencapai 17 cm. Banyak ditemukan di Afrika.
  • Bolbe pygmaea; Belalang sembah terkecil dengan panjang hanya 1 cm.
  • Mantis religiosa (Belalang sembah Eropa), belalang sembah yang paling umum ditemui di Eropa.
  • Stagmomantis carolina (belalang sentadu Carolina); Serangga resmi negara bagian South Carolina.
  • Camelomantis sondaica; (Indonesia)
  • Hierodula vitrea; Yang paling umum ditemukan di Indonesia.
  • Miomantis abyssinica (Mesir)
  • Hierodula membranacea (Asia)
  • Hierodula grandis (India)
  • Hierodula patellifera (Indo-Pasifik)
  • Hierodula parviceps (Filipina)
Belalang sembah sangat berguna sebagai pengontrol biologik, sering digunakan sebagai predator di kebun-kebun untuk mengendalikan serangga-serangga yang bersifat hama.
Yang paling unik sekaligus menyeramkan bagi saya adalah kebiasaannya dalam bercinta. Sang belalang sembah betina akan segera memakan kepala sang belalang jantan begitu perkawinan usai. Jadi seekor belalang sembah jantan selama hidupnya hanya akan mengalami satu kali perkawinan dan satu kali seks untuk kemudian mati menjadi mangsa sang belalang betina. Demi cinta, walang kekek (belalang sembah) ini rela mati di tangan pasangannya. Dan untungnya saya bukan congcorang (belalang sembah) ini.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia. Filum: Arthropoda. Kelas: Insecta. Ordo: Mantodea. Famili: (salah satunya) Mantidae. Genus: (salah satunya) Hierodula. Spesies: (salah satunya) Hierodula vitrea.

Belalang Daun Sang Penyamar Kecil Dibalik Dedaunan

Sebuah lemari kaca berisi daun-daun jambu yang letakkan di dalam sebuah vas. Sekilas tampak hanya daun-daun jambu yang sepertinya tidak begitu menarik untuk dipertontonkan. Tapi ketika diamati lebih seksama ada sesuatu yang bergerak-gerak. Bentuk badan, sayap, dan kakinya seperti sebuah daun, berwarna hijau, kuning, terkadang ada juga yang berwarna orange. Ya, itulah keunikan seekor ‘belalang daun’. Belalang daun ini menjadi salah satu primadona koleksi serangga hidup yang ada di Museum Serangga TMII.
Belalang daun’ atau dalam bahasa latin lebih dikenal dengan sebutan Phyllium fulchrifolium, merupakan serangga yang masuk ke dalam ordo Phasmatodea. Ciri-ciri yang paling menonjol berdasarkan penampakan luar tubuhnya hampir seluruhnya menyerupai sebuah daun. Ukuran tubuhnya sebesar ukuran daun jambu. Bentuk tubuh yang menyerupai gambaran lingkungan dimana dia hidup-di pohon jambu-memberikan keuntungan besar baginya supaya tidak dapat dideteksi oleh musuh yang akan memangsanya.
Seekor belalang daun jantan perilakunya lebih aktif dibandingkan dengan belalang daun betina. Belalang daun jantan terkadang ditemukan aktif terbang pada siang hari. Sedangkan belalang daun betina lebih banyak berdiam diri diantara rimbunan daun-daun jambu. Daun jambu merupakan sumber makanan pokok bagi belalang daun.
Daur hidup dari belalang daun ini adalah metamorfosis tidak sempurna (ditandai dengan adanya nimfa-bentukan mirip serangga dewasa, hanya saja sayap dan organ lainnya belum sempurna) diawali oleh betina dan jantan kawin, kemudian betina bertelur dengan menjatuhkan telurnya ke tanah. Bentuk telur belalang daun seperti buah belimbing, sebesar biji kacang polong. Tahapan telur sampai menetas menjadi nimfa sekitar 6 bulan. Nimfa yang menetas berukuran kecil sekitar 3 cm, berwarna merah kecoklatan. Rentang waktu tahapan nimfa menjadi dewasa dialami selama 8 bulan. Nimfa ini nantinya akan berganti kulit (moulting) sampai 5X. Setiap pergantian kulit, tubuh nimfa semakin bertambah besar. Pergantian kulit yang terakhir menentukan nantinya belalang daun menjadi berwarna hijau, hijau muda, orange atau kuning. Pada generasi kedua, telur belalang daun yang dihasilkan oleh betina dapat menetas tanpa adanya proses pembuahan dari belalang daun jantan, istilah biologi untuk fenomena seperti ini disebut parthenogenesis. Telur yang tidak dibuahi bisa menetas langsung menjadi nimfa dan seterusnya. Kejadian parthenogenesis ini dilalui oleh belalang daun sampai generasi ke 5-7, kemudian akan terjadi lagi perkawinan antara jantan dan betina untuk menghasilkan telur.
Di Indonesia, keberadaan belalang daun tersebar di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan pada ketinggian sekitar 800 m dpl.

 http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:8wxhwBBx9bAJ:matoa.org/belalang-daun-sang-penyamar-kecil-dibalik-dedaunan/+ciri-ciri+belalang&cd=12&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a

4 komentar: